KARYA : RABIYATUL HADAWIYAH
SINOPSIS
Malam
itu adalah hari dimana aku merayakan hari ulang tahun ku yang ke-5. Di atas
atap rumahku, aku dan ayah tengah menikmati indahnya kemerlip bintang yang
bersinar...
“
ayah, kenapa semua teman-temanku mempunyai ibu, sementara aku tidak” tanya ku
“kamu
punya ibu nak, tapi sekarang ibumu pergi bersama Tuhan” jawab ayah
“
kenapa ibu pergi? Apa aku nakal? “ tanya ku lagi
“tidak
nak, kau tidak nakal, ibu pergi karna Tuhan saaangat menyayangi ibumu” jawab
ayah sabar
“Lalu
kenapa ibu pergi bersama Tuhan sementara ayah juga menyayangi ibu” tanya
ku penasaran.
Ayahku
hanya senyum menatapku.
“Nak,
meski ibu tidak ada disini, dia akan selalu bersama kita...... Dengar anakku,,
ayah ini adalah ayah untukmu, dan ayah juga ibu untukmu..” kata ayah
Dan
disaat aku telah beranjak remaja aku menyadari kata-kata ayah saat aku berusia
5 th itu akan merubah semuanya
“jikalau
ayah adalah ayahku dan ayah juga ibuku,, KENAPA AYAH JUGA MENJADI IBU UNTUK ORANG
LAIN”.....
Rasa
kecewa ku terhadap ayah menyebabkan aku membenci dan lari darinya. Atas dosa
yang aku lakukan aku bahkan tak tau siapa diriku setelah aku lari dari ayahku.
Aku dikutuk karna sudah membenci ayahku tanpa tau alasan ayahku melakukan hal
itu.
Aku
tak tau dengan diriku karna ada yang berbeda dengan diriku setiap selepas dari
12 jam.
Siapa
aku sebenarnya?
**********************************************************
AYAH CEPAT PULANG!!!!!
Aku
memang terlahir tanpa kasih sayang dari seorang ibu. Aku hanya dibesarkan oleh
sosok ayah yang luar biasa bagiku. Ayah melakukan segala cara untuk membuatku
bahagia. SEGALA CARA....................................mungkin cara inilah
yang membuat AYAHKU BERBEDA dari kebanyakan ayah didunia ini.
aku
tinggal bersama ayahku disebuah kampung kecil yang dihuni oleh penduduk yang
rata-rata bekerja sebagai pekerja yang tidak jelas. Maksud ku mereka bekerja
pada waktu yang berbanding terbalik dengan waktu yang sebenarnya. Pada malam
hari mereka bekerja dan siang hari mereka tidur. Tidak semua warga yang seperti
itu termasuk salah seorang tetangga ku yang sering ku panggil Katung. Selepas
aku berusia 7 th, ayah sering menitipkan ku pada si Katung. Katung memiliki
sebuah kedai kecil, dan aku sering membantu nya untuk mencari uang karna aku
bukan orang yang hanya suka sekedar menopang hidup pada orang lain. Katung
berbeda jauh usianya denganku. Dia sudah berusia 20th, tapi sikapnya masih
seperti anak yang berpopok. Dan dia masih suka ngompol di celana.
Malam
ini, aku berharap ayahku datang menjemputku, karna aku sudah sangat rindu
dengannya. Semenjak aku berusi 7 tahun, ayah sudah sangat jarang untuk bermain
denganku. Alasannya selalu kerja. Meski aku tak tau apa pekerjaan ayahku, tapi
aku yakin ayah melakukan semua itu karena ayah sangat menyayangiku. Malam
semakin larut, namun ayahku tak kunjung datang, hingga aku terlelap.
Di
pagi hari saat aku bangun, aku sudah berada di rumah si Katung. Tiba-tiba sosok
laki-laki tampan yang tak lain adalah ayahku datang menghampiriku.
“ayah,,,
aku menunggu ayah semalaman....”rengekku
“ayahkan
sudah bilang, tidak usah tunggu ayah,, ayah sedang kerja,,kalau kamu tetap
nunggu ayah, nanti kamu sakit,,trus kalo kamu sakit, siapa yang cari uang untuk
mu sekolah..” bentak ayah.
Aku
hanya terdiam. Aku tarik selimutku dan aku pun menangis. Dibalik selimut aku
merengek..”aku rindu ayah” isak ku..
Pelan-pelan
ayahku membuka selimut dan langsung memelukku.
“saat
ayah bekerja,, yang ayah ingat hanya kamu nak...ayah juga sangat rindu kamu”
hibur ayahku.
Akupun
memeluk dan mencium ayahku. Tiba-tiba Katung datang seperti penampakan dari
sudut belakang ayahku dan ikut memonyongkan bibirnya ke arahku. Ayahku dengan
cepat mengambil sendal jepitnya dan memukul tepat ke arah bibir monyong Katung.
Katungpun merintih kesakitan. Aku dan ayahku tertawa dan berlari keluar. Saat
itu aku merasa bahagia meski ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tiap pagi
ayah datang dan membelikan sebuah boneka keroppi kesukaanku.
**********************************************
LAKI-LAKI CANTIK
Bunga
pun mulai mekar, begitupun aku yang sudah tumbuh menjadi wanita yang berusia 9
th. Kebiasaanku setiap pulang sekolah adalah membantu si Katung di kedainya.
Hari ini pelanggan si Katung banyak sekali. biasanya kalau pelanggannya banyak
aku akan diijinkan untuk makan sebanyak mungkin sisa sisa dari pelanggannya. (Kurang
ajar,,dia pikir aku kucing, makan makanan sisa). Waktu pun cepat berlalu , tak
terasa senja pun mulai menyapa. Meski sudah senja pun masih ada yang memasan
makanan di kedai si Katung ini. Para pelanggannya mungkin gak tau kalau si
Katung jarang cebok.
“gi,
temanin katung ke komplek dahlia ya,, ntar bg katung belikan ice cream deh”
pinta Katung.
Karna
aku anak baik dan tidak sombong, maka dengan senang hati aku menemani cowok
ngompol ini ke rumah pelanggannya. Kami menggunakan sepeda buntut. Di tengah
perjalanan aku melihat seorang yang berbadan tegap seperti laki-laki tapi dandanannya
kok aneh gitu, pakaian nya kok seperti ibu-ibu datang menghampiri aku dan
Katung.
“hei
mass,,mau aku temani gak” ajak nya..
Suaranya
seperti kaleng cempreng gitu. Dengan secepat kilat si katung lari tunggang langgang
mengayuh dengan sekuat tenaga sepeda buntutnya hingga berakibat fatal. Sepeda
yang kami naiki lepas control. Maksudnya karna saking kencangnya si Katung
mengayuh sepedanya, hingga sepeda itu lepas dari kedua bannya, rantainya putus,
semua bautnya lepas. Kebayang gak sih???
Sesampai dirumah, kami berdua ngos-
ngosan. Aku benar-benar capek, bukan karna lari yang bikin capek, tapi karna
lihat tampang si Katung yang bikin aku capek.
“gila
tu banci....gak tau malu,, beraninya ganggu eke yang keren ini...emang selera
gue kayak dia apa,,,selera gua itu lebih parah dari pada dia mungkin..” keluh
Katung
“banci
itu apaan bang?” tanya ku
“aduh
ini anak lahir jaman apa sih,, masak banci aja gak tau,,,,banci itu kayak
gue,,,eh bukaan..banci itu adalah laki-laki yang menyerupai perempuan” jawab
Katung.
“loh
buat apa om itu jadi perempuan, Tung?” tanya ku lagi
“duh
anak ini KEPOOHH banget,,,dia kayak gitu buat cari uang lah,,,” kata katung
“emang
cari uangnya kayak gimana” tanya ku lagi dan lagi
Katung
hanya diam dan sulit untuk menjelaskannya pada ku yang berusia 9 th itu.
“nanti
kalau kamu udah besar, kamu akan tau, sekarang tidur sana, besok waktunya
sekolah “ jawab Katung.
Dalam
tidurku aku masih penasaran banci itu apa dan apa pekerjaannya. Karna terlalu
lelah berpikir tak terasa aku pun terlelap
********************************************
MEKARNYA SANG BUNGA
Secepat waktu berlalu secepat itu
pula lah diriku tumbuh. Apa yang tidak aku ketahui sekarang sudah banyak yang
aku ketahui. Masa-masa dimana remaja pubertas disaat itu lah aku berdiri
sekarang. Usiaku sekarang sudah 15 th. Menjadi remaja yang cantik dan energik.
Masa remaja yang tidak aku lewatkan begitu saja. Sepulang sekolah biasanya aku
membantu si Katung, sekarang aku sudah bisa mencuri waktu untuk bermain bersama
teman-temanku dengan memberi alasan ada tugas kelompok di sekolah. Dasar
anak-anak jaman sekarang!!!!
Tapi tidak selamanya aku lolos dari
kebohongan. Sepandai-pandai tupai melompat pada akhirnya jatuh juga. kebohongan
ku terbongkar oleh si Katung yang waktu itu sedang sibuk mengantar makanan
pesanan orang. Kemarahan si Katung meluap-luap. Aku di banting, leher ku di
pelintir, di rendam dalam air panas mendidih, kemudian mata ku di congkel,
kulitku di kelupas, kemudian di mutilasi menjadi 5 bagian, perlu di garis
bawahi AKU disini adalah AYAM yang baru dibeli.
Si katung mengata-ngataiku dengan beribu macam jenis bahasa, ada bahasa
arab, bahasa inggris, bahasa spanyol, bahasa portugis, bahasa batak, bahasa
sunda, bahasa minang, campur aduk jadi satu. Aku hanya diam melotot melihat
mulutnya yang sudah penuh dengan busa seperti
orang sawan. Karena sudah lelah akhirnya Katung tidur untuk beberapa saat,
berharap Katung tidur selamanya. Hahahahahah becanda tung!!!!
Meskipun aku sudah sering tertangkap
masih saja aku tak jera. apalagi sekarang aku sudah punya gandengan. Bukan TRUK
GANDENG tapi pacar alias cowo, alias do’i, alias apak paja ,sikapku makin
centil saja dan sering tidak membantu si Katung. Aku bosan kerja terus dan
lagian ayahku juga sangat jarang sekali pulang. Aku tidak tau mengapa ayah
sudah jarang sekali menengokku, apa ayah sudah tidak ingat aku lagi anakknya
atau mungkin ayah sudah punya anak baru dengan wanita lain, berbagai macam
pikiran burukku merasuk dalam otakku.
Hingga suatu hari aku mengetahui apa
penyebab ayahku sudah jarang menengokku. Semua nya terbongkar saat aku pulang agak
sedikit malam dari hari biasanya. Untuk hari ini aku pulang agak malam karena
memang ada tugas kelompok dari guru (alasannya mempan gak sih,cari alasan yang
agak keren napa!!!!!). Kebetulan aku sekelompok dengan si Do’i jadi dialah yang
mengantar aku pulang. Namun se sampai di kedai, si Katung sudah siap sedia
dengan sapu dan sebilah rotan dengan tangannya. Aku menyuruh pacarku untuk
pulang duluan.
Selepas kepergiaannya sangat berat
menelan air ludah di tenggorokannku
ketika melihat mata si Katung yang sudah melotot ganas padaku. aku memcoba SIAP
GRAK alias berdiam diri di tempat. Si Katung mulai mengejar ku dan AKU lari tunggang langgang hingga ke
pelosok China. Saking ketakutannya aku berlari 50 km/jam hingga aku berlari
jauh dari tempat tinggalku. Aku ngos-ngosan dan beristirahat di depan kedai
yang sudah tutup. Aku benar-benar capek, setelah rehat sejenak aku menghinsut
jalan sedikit demi sedikit tak tentu arah.
Ketika hendak menyeberang jalan, aku
melihat sekelompok banci kaleng yang berada di seberang jalan tengah menggoda
om-om. Aku menyurutkan langkahku hendak menyeberang karna jujur semejak aku
berusia 9th ketika the first time aku bertemu banci membuat aku trauma. Ketika
hendak memalingkan wajahku dari seberang jalan, ntah kenapa jantungku berdebar
kenjang, dan kakiku berat untuk melangkah. tiba-tiba mobil Kamtib datang dan
spontan para banci tadi lari tunggang langgang. Aku juga mencoba lari karna
takut ketangkap, bukan karna aku banci tapi aku takut saja dengan mobil kamtib
seperti itu. Aku berlari tak tentu arah hingga aku terlintas wajah ayahku, mungkin
karna aku sendang ketakutan makanya aku teringat ayahku. Saat mobil kamtib itu
sudah pergi dan para banci kalengpun pergi aku beranjak dari tempat
persembunyiannku.
Hari
ini benar-benar melelahkan. Baru saja aku lepas dari pada kamtib dan banci
kaleng datang kamtib yang satunya lagi alias Katung. Lagi dan lagi aku berlari
sekuat tenagaku. Aku sudah tidak kuat lagi lari. Akupun berhenti dan mencoba
untuk lari lagi. Tepat dihadapanku ada sosok banci kaleng sedang bersama om-om,
aku berputar balik, ternyata dibelakangku sudah menunggu si Katung. Aku
memberanikan diri untuk lari ke arah banci kaleng agar tak tertangkap si
Katung. Akhirnya aku berhasil melewati banci itu dan menengok ke belakang
dengan maksud melihat si Katung. Aku dikagetkan ketika aku melihat lengan banci
itu. Banci dan om-om itu menyeberang jalan dan masuk ke sebuah tempat yang tak
aku ketahui apa itu, aku mengikutinya karna ada sesuatu yang mengganjal
dipikirannku.
************************************************************
AKU BENCI!!!!!!!!
Si
katung sudah berhasil menangkapku namun perhatianku kosong dan hanya tertuju
pada banci tadi. Setiap langkah aku mengikuti nya semakin sesak nafasku dan
jantung ku berdebar semakin kuat. Si Katung mencoba menarik lenganku. Aku pun
marah dan mendorong si Katung. Spontan Katung terkejut melihat sikap ku yang
tak pernah marah padanya. Si Katung mencoba mengikutiku.
“gi,
kamu mau kemana, itu bukan tempat yang baik untuk kamu” teriak Katung
Tanpa
mempedulikannya aku terus berjalan. Katung menarikku.
“kamu
dengar ngak, itu bukan tempat kamu” maki Katung.
Aku
tak mendengarnya dan tetap tertuju pada 2 orang tadi.
“aku
berharap bukan...bukan.....” rintih ku
“kamu
kenapa sih gi, apa yang kamu lihat sampai syok begitu” tanya katung
Aku berlari ke tempat itu dan
berusaha mencari 2 orang tadi. Roh ku terasa mau lari dari jasadku, jantungku
berhenti berdegup, badanku terasa tak bertulang, letih dan lesu rasanya ingin
Tuhan mencabut nyawaku saja, aku melihat sosok orang yang aku banggankan disana
tengah memakai pakaian wanita dengan dandanan seperti wanita.
Bukan....bukan...ayahku bukan Banci. Genangan di pelupuk mata ku sudah penuh
hingga jatuh ke bumi, susunan mutiara pun putus dari talinya. Ayahku berjalan
ke arahku dan mencoba menjelaskannya padaku. aku tak tahan dengan semua ini,
aku berlari keluar dan ayahku mencoba mengejarku. Si Katung yang berada diluar
kaget bukan main melihat ayahku.
“apa
yang Bg Ge lakukan disini dengan pakaian ini” tanya Katung
“aku
tak bisa jelaskan sekarang, aku harus kejar Gigi, tolong aku cari dia” pinta
ayahku
Aku benar-benar lelah hidup. Aku
ingin Tuhan merangkul ku sekarang. Aku benar-benar tak menyangka orang yang aku
banggakan selama ini melakukan hal paling menjijikkan seperti itu. Aku benci
ayahku...aku benar benar benci ayahkuu... pikiranku pun kacau, aku berniat
untuk bunuh diri. Aku berlari ketengah jalan. Tiba-tiba ayahku menarik dan
memelukku. Aku mendorong ayahku.
“aku
benci ayah..aku benar-benar benci ayah,, kau bukan ayahku..kau bukannn...” maki
ku
Ayahku
mencoba memelukku lagi
“lepassssss....jangan
mendekat,,,, aku malu punya ayah seperti mu,,aku maluuuu,,,kau bukan ayahku,,
jika Tuhan mengijinkanku terlahir kembali, aku tak ingin punya ayah seperti mu...
kau mengatakan kau adalah ayah bagiku , kau juga mengatakan kau adalah ibu
bagiku,, TAPI KENAPA KAU HARUS MENJADI IBU UNTUK OM_OM ITUUUUU” bentak ku
sekuat tenaga.
Aku
benar-benar lelah. Ayahku mencoba menjelaskannya padaku tapi aku malah
membentakkna lagi
“aku
tak perlu alasan apa yang kau berikan padaku, jangan pernah panggil aku anakkmu
lagi, aku bukan anak dari seorang banci kaleng, pergiiiiiiiiii.....” teriak ku
Ayahku
hanya diam dan mencoba meminta maaf padaku. Tapi aku tak mendengarkannya, aku
berlalu meninggalkannya dan Katung.
“ayah
benar-benar minta maaf anakku” pinta ayahku
Aku
berhenti. Tanpa memalingkan wajahku aku berkata
“anggap
saja kau tak pernah punya anak, kau bebas melakukan apapun yang kau lakukan
ayah, jangan pernah mencari ku, dengan begitu aku baru bisa memaafkanmu”
Itulah
kata-kata terakhir yang aku ucapkan pada ayahku. Aku pergi tak tentu arah
seperti orang gila saja. Aku benar-benar merasa Tuhan tak adil padaku. kenapa
aku di hukum seperti ini. aku naik turun bus yang tak aku ketahui kemana
tujuannya.
BERSAMBUNG KE EPISODE 2
ketika ayah harus melakukan segala hal untuk membahagiakan anaknya, tak peduli apakah ia akan di cerca bahkan di ejek, demi kebahagian ayah rela begini..........
BalasHapus